Sabtu, 10 Desember 2011

Beberapa Amalan Hati

Niat : satu makna dengan keinginan dan maksud. Tidak sah dan tidak diterima suatu amalan tanpa disertai dengan niat. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : “ Sesungguhnya tiap-tiap amalan itu tergantung pada niatnya dan seseorang hanya akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (Muttafac ‘Alaihi) Berkata Ibnul Mubarak : “Bisa jadi amalan kecil menjadi besar dengan sebab niat, dan sebaliknya bias jadi amalan besar menjadi kecil dengan sebab niat.” Berkata al-Fudhail : “ ALLAH hanya menginginkan darimu niat dan keinginanmu. Jika suatau amalan dilakukan karean ALLAH, maka dinamakan ikhlas, artinya amalan tersebut tidak ada bagian untuk selain ALLAH. Tapi jika amalan tersebut untuk selain ALLAH maka dinamakan riya’, nifak atau yang lainnya.” Catatan : seluruh manusia akan binasa kecuali orang-orang yang mengetahui. Mereka juga akan binasa kecuali orang-orang yang beramal. Tapi mereka juga akan binasa kecuali orang-orang yang ikhlas. Maka tugas/langkah pertama bagi seorang hamba yang ingin taat pada ALLAH, hendaklah mempelajari niat lalu memperbaikinya dengan amal setelah memahami hakekat kejujuran dan keikhlasan. Amal tanpa niat hanya menyebabkan keletihan. Niat tanpa ikhlas berarti riya’. Ikhlas tanpa iman ibarat debu. Taubah : wajib untuk selalu dilakukan. Terjatuh dalam lumpur dosa adalah hal yang wajar pada diri manusia. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : “ Setiap anak Adam adalah bersalah, dan sebaik-baik yang bersalah adalah yangb sukia bertaubat.” (HR. Tirmidzi) Beliau juga bersabda : “ Seandainya kalian tidak berbuat dosa, tentulah ALLAH akan mengganti kalian dengan satu kaum yang berbuat dosa lalu mereka memohon ampun, kemudian ALLAH mengampuni dosa mereka.” (HR. Muslim) Mengakhirkan taubat dan terus menerus berada dalam dosa adlaah keliru. Ash-Sidq : (benar/jujur) adalah pokok dari seluruh amalan hati. Lafadz Ash-Shidq digunakan dalam enam makna : 1. Benar dalam ucapan 2. Benar dalam keinginan dan maksud (ikhlas) 3. Benar dalam tekad 4. Benar dalam janji 5. Benar dalm amalan sehingga lahiriyahnya bersesuaian dengan batinnya, seperti khusyu’ dalam shalat 6. Benar dalam seluruh perkara agama. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : “ hendaklah bersikap benar/ jujur, karena kebenaran itu akan mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan itu akan menyampaikan ke surga. Seseorang itu selalu berlaku benar dan berusaha mencarinya hingga ia ditulis di sisi ALLAH sebagai orang yang suka berlaku benar.” (Muttafaq ‘Alaihi) Al-Muhabbah : Dengan cinta pada ALLAH, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, kelezatan iman akan didapatkan. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : “ Ada tiga perkara, siapa yang terkumpul pada dirinya maka ia akan merasakan kelezatan iman. Yaitu bila ALLAH dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, agar seseorang tidak dicintai kecuali karena ALLAH dan agar ia benci untuk kembali pada kekufuran setelah ALLAH menyelamatkannyadarinya sebagaimana bencinya jika dilemparkan ke dalam neraka.” (Muttafaq ‘Alaihi) Jika pohon keimanan telah tertanam dalam hati kemudian disirami dengan air keikhlasan dan mencontoh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, maka hal itu akan membuahkan berbagai macam buah pada setiap musim dengan seizing Rabbnya. Tawakal : Yaitu sikap hati yang berserah dan bergantung pada ALLAH untuk mendapatkan segala yang diinginkan serta menolak apa yang tidak diinginkan disertai dengan sikap bergantuing kepada ALLAH dan melakukan sebab-sebab yang disyareatkan. Jenis tawakal ada tiga, yaitu : 1. Wajib : yaitu tawakan pada ALLAH dalam hal yagn tidak mampu kecuali ALLAH. Seperti kesembuhan orang yang sakit. 2. Haram : Ada dua (a) Syirik Besar, yaitu bergantung penuh pada sebab/usaha. Dengan anggapan usaha itulah yang mendatangkan kemanfaatan dan menolak kemudharatan. (b) Syirik kecil, seperti bergantung pada seseorang dalam masalah rezki, tanpa ada keyakinan bahwa ia dapat memberikan pengaruh, akan tetapi bergantung padanya melebihi keyakinan bahwa ia hanya sekedar sebab. 3. Diperbolehkan : yaitu jika ia mewakilkan pada seseorang lalu ia bergantung padanya dalam perkara yang ika mampu seperti jual-beli. Akan tetapi tidak dibenrakna jika ia mengatakan : Aku bertawakal pada ALLAH lalu pada kepadamu, tapi hendaknya ia mengatakan : Aku mewakilkan kepadamu. Syukur : Tampaknya bekas kenikmatan Ilaahi pada seorang hamba dalam hati, diiringi dengan pujian lisan dan ibadah anggota badan. Syukur adalah tujuan sedangkan sabar adalah jalan yang mengantarkan pada (amalan)lainnya. Syukur dilakukan denga hati, lisan dan anggota badan. Makna syukur adalah mempegunakan kenikmatan sebagai sarana ketaatan kepada ALLAH. Sabar : Artinya tdak mengadukan apa yang diderita selain ALLAH dan hanya menyerahkannya pada-Nya. ALLAH berfirman : “ Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS.Az-Zumar : 10) Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : “ barangsiapa yang berusaha untuk sabar, maka ALLAH akan memberikan kesabaran padanya. Tidaklah seseoragn itu diberi anugrah yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran.” (Muttafiq ‘Alaihi) Umar berkata : “Tidaklah aku mendapatkan cobaan, meliankan padannya empat nikmat ALLAH. Yaitu musibah itu tidak berkaitan dengan agamaku. Cobaan itu tidak lebikh besar. Aku tidak terhalangi untuk ridha dengannya dan aku mengharapkan pahala atasnya.” Ridha : Yaitu merasa cukup dengan sesuatu. Waktunya adalah setelah terjadinya suatu perkara/perbuatan. Ridha dengan qadha/ketentuan ALLAH adalah teramsuk derajat tertinggi orang-orang yang didekatkan (pada ALLAH). Ridha adalahbuah dari rasa cinta dan tawakal. Berdoa pada ALLAH agar terhindarkan dari sesuatu yang tidak disukai dan tidak bertentangan dengan ridha dengan hal itu. Khusyu’ : Yaitu pengagungan, hancur luluhnya hati dan kehinaan. Berkata Hudzaifah : “Berhati-hatilah kalian dari khusyu’ yang nifak.” Lalu beliau ditanya : “apa itu khusyu’ nifak?” lalu beliau menjawab : “engkau dapatkan pada lahirnyaia tampak khusyu’, padahal hatinya tidak demikian.” Beliau juga berpesan : “ Yang pertama kali akan sirna dari urusan agama kalian adalah kekhusyu’an. Segala ibadah yang disyari’atkan padanya khusyu’, maka pahalanya bergantung kekhusyu’annya. Raja’ : Yaitu memandang luasnya rahmat ALLAH. Kebalikannya adalah putus asa. Beramal dengan disertai harapan adalah lebih tinggi derajatnya dibandingkan bila disertai dengan rasa takut (semata), karena raja’ akan membuahkan husnudzan (baik sangka) pada ALLAH. ALLAH berfirman : “ Aku bergantung pada persangkaan hamba-Ku pada-Ku” Khauf : Yaitu kegundahan yang meliputi jiwa karena sesuatu hal yang dibenci. Jika apa yang dibenci itu diyakini (keberadaannya) maka dinamakan Khasyah. Kebalikannya adalah rasa aman. Khauf bukan lawan dari raja’ , bahkan merupakan motifator dengan jalan rahbah (rasa takut dari siksa ALLAH). Adapun raja’ , adalah motifator dengan jalan raghbah (mengharap pahala dari ALLAH) Zuhud : yaitu berpindahnya keinginan dar suatu hal pada apa yang lebih baik darinya. Zuhud di dunia akan memberikan kenyamanan pada hati dan badan. Sebaliknya keinginan pada dunia akan mendatangkan kegundahan dan kesedihan. Cinta pada dunia adalah pokok segala kesalahan. Sebaliknya kebencian padanya adalah sebab segala ketaatan. Zuhud di dunia adalah dengan megeluarkan dunia dari hati dan bukan berarti memisahkan dunia dari diri anda dengan disertai keberuntungan hati padanya. Ini adalah zuhudnya orang-orang jahil. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : “ Sebaik-baik harta yang sholeh adalah jika dimiliki oleh orang yang sholeh.” (HR. Ahmad)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar